Jul 08, 2025 | 13 views
A. Pengukuran tinggi badan siswa yang berbeda-beda.
B. Penggaris yang digunakan memiliki skala yang tidak tepat.
C. Pengukuran berat benda yang bervariasi karena perbedaan kondisi.
D. Pengukuran suhu yang berbeda-beda di setiap ruangan.
Pembahasan :
Kesalahan sistematik terjadi karena adanya ketidaksesuaian yang konsisten antara alat ukur dengan nilai sebenarnya. Penggaris dengan skala yang tidak tepat adalah contoh kesalahan sistematik karena selalu menghasilkan nilai yang kurang atau lebih dari nilai sebenarnya secara konsisten.
A. Alat ukur yang tidak terkalibrasi.
B. Variasi yang tidak terduga dalam proses pengukuran.
C. Penggunaan metode pengukuran yang tidak tepat.
D. Kondisi lingkungan yang tidak stabil.
Pembahasan :
Kesalahan acak muncul akibat fluktuasi atau variasi yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi dalam proses pengukuran. Contohnya adalah ketidaksempurnaan pada posisi tangan saat mengukur panjang suatu benda.
A. Tidak berpengaruh sama sekali terhadap hasil eksperimen.
B. Memastikan hasil eksperimen selalu akurat.
C. Mempengaruhi nilai dan arah hasil eksperimen.
D. Membuat hasil eksperimen menjadi tidak relevan.
Pembahasan :
Kesalahan pengukuran dapat menyebabkan hasil eksperimen tidak sesuai dengan nilai sebenarnya. Nilai hasil eksperimen akan bias (tidak akurat) dan arahnya bisa juga salah jika kesalahan pengukuran tidak dikendalikan.
A. Pengukuran suhu menggunakan termometer yang sudah dikalibrasi dengan benar.
B. Pengukuran tinggi badan siswa yang berbeda-beda.
C. Pengukuran berat benda yang selalu menghasilkan nilai yang sama.
D. Pengukuran panjang suatu benda menggunakan penggaris yang tepat.
Pembahasan :
Pengukuran tinggi badan siswa yang berbeda-beda menunjukkan variasi yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi, sehingga merupakan contoh kesalahan acak.
A. Menggunakan alat ukur yang berbeda.
B. Melakukan pengukuran beberapa kali dan mengambil rata-rata.
C. Memastikan alat ukur terkalibrasi dengan benar.
D. Melakukan pengukuran di bawah cahaya yang redup.
Pembahasan :
Kesalahan sistematik dapat dikurangi dengan memastikan alat ukur terkalibrasi dengan benar dan digunakan dengan benar. Kalibrasi memastikan alat ukur menghasilkan nilai yang sesuai dengan standar.
A. Kesalahan acak.
B. Kesalahan sistematik.
C. Tidak ada kesalahan.
D. Alat ukur rusak.
Pembahasan :
Kesalahan sistematik akan selalu menghasilkan nilai yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya, secara konsisten. Jadi, jika hasil lebih besar, kemungkinan besar terdapat kesalahan sistematik.
A. Kecepatan cahaya.
B. Gravitasi bumi.
C. Karakteristik alat ukur.
D. Konsentrasi air dalam gelas ukur.
Pembahasan :
Karakteristik alat ukur (seperti skala, presisi, dan akurasi) merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan kesalahan pengukuran. Alat ukur yang tidak tepat atau tidak terkalibrasi akan menghasilkan nilai yang tidak akurat.
A. Hasil yang selalu sama.
B. Hasil yang akurat dan dapat dipercaya.
C. Hasil yang tidak dapat diandalkan.
D. Hasil yang hanya berlaku untuk satu kali pengukuran.
Pembahasan :
Pengukuran yang teliti dan konsisten akan menghasilkan nilai yang akurat dan dapat dipercaya, karena kesalahan sistematik telah dikendalikan dan variasi acak telah dipertimbangkan.
A. Mengabaikan kesalahan pengukuran.
B. Mengulangi pengukuran dan menganalisis hasilnya.
C. Menuduh alat ukur rusak.
D. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang pertama kali diperoleh.
Pembahasan :
Mengulangi pengukuran dan menganalisis hasilnya adalah langkah yang tepat untuk mencari tahu penyebab kesalahan dan memastikan hasil pengukuran lebih akurat.
A. Kesalahan acak.
B. Kesalahan sistematik.
C. Kesalahan karena ketidaktepatan penggunaan alat ukur.
D. Semua jenis kesalahan pengukuran.
Pembahasan :
Metode pengukuran yang tepat dapat digunakan untuk mengurangi semua jenis kesalahan pengukuran, baik kesalahan sistematik maupun kesalahan acak. Dengan menggunakan metode yang tepat, kita dapat meningkatkan akurasi dan presisi pengukuran.